a little story about this live,

a story about experiences,

the path of my story

15 September 2011

Keajaiban di Mataku

Garu adalah seorang murid SD di sebuah kota kecil di negeri yang kaya akan beraneka ragam budaya. Setiap pagi Aku melihat Garu diantar oleh tukang becak langganannya. Setiap pagi dan setiap menjelang dzuhur tukang becak itu selalu setia menunggu Garu dan mengantarkan Garu. Pernah sesekaliku melihat kalau ada saatnya giliran Garulah yang harus menunggu ketika sekolahnya selesai lebih awal karena suatu hal.
Pagi itu cuaca cerah, langit – langit memancarkan sinarnya, udara di sekitar dingin mengkekang.

Setibaku di sekolah, aku melihat Garu bermain bersama teman – temannya. Mereka bermain di parkiran sepeda. Karena keusilannya Garu mengunci salah satu gembok sepeda milik temannya. Temannya yang melihat sepedanya dikunci menghampiri Garu dan mengatakan kalau kunci gembok sepedanya hilang dan ia meminta Garu bertanggung jawab untuk membuka gembok tadi. Entah bagaimana aku melihat wajah Garu cemas seraya berdoa. Garu memegang gembok itu dan mengutak atiknya. Kliiiik, terbukalah gembok tadi, dengan wajah heran aku melihat Garu yang bercucuran keringat. Teman – teman yang lain juga keheranan, tapi itu tak penting, yang penting gemboknya telah terbuka dan itulah yang kami semua syukuri.

Bel sekolah berbunyi, kami semua segera masuk ke kelas kami. Bu Guru sesaat sebelum masuk beliau menyuruhku dan dan temanku Reymon untuk pergi memfotokopikan soal untuk kami latihan. Kami tidak jadi masuk ke kelas tapi kami berangkat ke tempat fotokopi dengan segera. Setelah selesai, di saat kami hendak menyabrang Reymon berlari dengan sangat cepat. Ciiiiiiit, tiba – tiba terdengar suara rem mobil. Aku melihat Reymon berdiri pas di depan mobil itu. Ia selamat dan pengemudi mobil tadi menasehati Reymon untuk lebih berhati – hati. Aku segera menyusul Reymon dan segera mengajaknya kembali ke sekolah seraya bersyukur atas pertolongan dari-Nya.

Di lain hari pada waktu pelajaran, pada saat aku ditunjuk Guru Agamaku untuk menghafalkan surat Al Kafirun. Entah apa yang terjadi, Garu berlari ke depan disusul dengan Reymon. Reymon menghajar Garu hingga tangan dan kakinya berdarah. Kami kaget, begitu kagetnya hingga kami lupa untuk melerainya. Tapi untunglah Pak guru saat itu langsung melerai mereka. Setelah kejadian itu Reymon dilaporkan kepada pengurus sekolah. Reymon dipanggil ke ruang kepala sekolah. Entah apa yang didengar Reymon disana, ia kembali masuk ke kelas saat pelajaran berakhir. Ia meminta maaf kepada Garu sambil bersalaman. Tak lama setelah itu aku berbisik seraya bertanya kepada Garu, ia menjawab ia dihajar hanya karena bolpoin.

Keesokan harinya orang tua Reymon datang ke sekolah, beliau meminta maaf kepada Garu atas perbuatan anaknya. Keesokan harinya lagi aku mendapat sebuah kabar bahwa orang tua Garu, orang tua Reymon dan orang tuaku bekerja pada kantor yang sama, dan pada waktu di sekolah, aku melihat sesuatu yang sangat aneh. Reymon dan Garu yang sebelum terjadi kejadian itu mereka tidak saling akrab, atau bahkan saling acuh tak acuh, kini bermain bersama. Hatiku senang bercampur heran menjadi satu saling berbias dalam benakku, tapi yang terpenting kita bertiga menjadi teman akrab sekarang.

Setahun berlalu, tibalah saatnya aku harus pindah dari sekolah itu untuk melanjutkan sekolahku. Kami bertiga saling berpamitan, dan aku mendengar sebuah perkataan dari Garu yang sangat menusuk hatiku. Garu meminta Reymon untuk menghajarnya lagi sebagai tanda perpisahan, ia berjanji tidak akan menagis dan akan menyembunyikan lukanya. Reymon pun tertawa, ia menolak danberkata sesuatu kepada Garu.
Akahirnya kamipun berpisah melanjutkan jalan kami masing – masing, satu hal yang ku dapat dari mereka berdua, jikalau keajaiban itu ada. Dan keajaiban itu meelintas di depan mataku.
........Muqsit........

Tidak ada komentar: