a little story about this live,

a story about experiences,

the path of my story

15 Juli 2013

Kisah Kuli Bangunan dan secercik Keadilan dalam Amal Jama'i

Bismillahirahmanirahiim.

Keadilan...
Keseimbanga ...
rata, sama, imbang ...

Long ago when I was a little, dahulu sekali.
saya pernah merasa aneh dengn apa itu keadilan itu.
saya heran dan mungkin juga iri ketika saudara saya mendapat uang saku sedangkan saya tidak, kemudian beranjak sedikit dewasa saya juga semakin bertanya - tanya kenapa uang saku saya tidak seberapa dengan yang diterima saudara saya.
Ya benar, saudara - saudara saya memang lahir ke dunia ini lebih dahulu, lebih awal menghirup oksigen, dan mengenal kehidupan lebih dahulu.

Seiring berjalannya waktu sayaun semakin tidak mengerti dan entah kenapa sebelum saya bertnya datanglahsebuah momen dimana Bapak bertanya kepadaku terlebh dahulu, menurutmu apa ada sebuh keadilan dalam pekerjaan mereka ?
Saat itu didepan kami terlihat pemandangan beberapa orang yang sedang bekerja membangun sebuah rumah. Ada yang di atas loteng, ada yang merputar - putar berkeliling mendorong gerobak, ada yang hanya diam sambil mengaduk - aduk pasir dan semen. Melihat mereka akupun bingung kalau dilihat dari berat kerjanya sih, tidak ada keadilan, orang yang berkeliling pastiah lebih capek dari yang lainnya karena dia yang paling banyak bekerja. Beberapa setelah itu terlintas dipikiranku, tidak orang yang di atas lotenglah orang yang paling berjasa, kalau tidak ada dia maka tidak ada yang menyelesaikan atap bangunan itu. tak lama kemudian ada pikiran lagi melintas, berarti orang yang paling tidak berjasa adalah orang yang hanya diam sambil mengaduk pasir dan semen.

Bapak tersenyum mendengar guramanku, Beliau berkata, "bukan gitu", semuanya itu adil. "Kok bisa ?" sahutku langsung. Coba kalau nggak ada yang ngaduk pasir sama semen, orang yang ada di atas mau mbangun pakai apa ? bahannya kan yang meramu dibawah ? Coba kalau yang berkeliling ndorong gerobak ga ada, nggak ada juga yang ngantarkan materialnya kan. Sayapun terdiam dan mengangguk - angguk seperti tanda mengerti, ya karena memang saya belum mengerti betul waktu itu.

Waktu berlalu, dan entah kenapa ada seorang guru juga yang bercerita gurauan tentang seorang yang membangun rumah. kata beliau, "orang itu nggak mungkin bisa membangun rumahnya seorang diri, dari mulai nyetak bata sampai selesai, kalau gitu pas waktunya syukuran rumahnya dia sudah mati kepegelen". Dari cerita itu saya teringat cerita Bapak waktu itu dan bertambah sedikit lagi pemahamanku tentang cerita Bapak. Hidup memang tidak bisa sendiri, melainkan butuh pertolongan orang lain, karena itu kuli bangunan itu saling membantu untuk menyelesaikan bangunannya.

Lalu mana keadilannya, mana adilnya kalau begitu, kn tidak sama capeknya orang yang hanya diam ditempat sama yang keliling, tidak sama juga orang yang di atas menggarap bangunan dengan yang hanya menjadi penyedia bahan, pastilah yang menggarap bangunan lebih dikenal orang dari yang lain karena hasil karyanya nyata. Ya memang seperti itu, makanya Allah Al Hakim itu tidak melihat dari sudut sebelah sana saja, Allah itu Al Aliim yang mengetahui segala sesuatu, dan Rasullullah juga pernah mengajarkan kalau amal seseorang itu dilihat dari niatnya.

Niat itu mempengaruhi pahala, karena itu apabila niat seseorag itu baik walaupun dia hanya mengerjakan hal yang sepele, itu nilainya lebih besar insya'llah dari orang yang melakukan sesuatu yang besar dengan niat riy'a. Waktu berjalan lagi dan kini ada seseorang yang menceritakan padaku tentang amal jam'i. Itu adalah sebuah amal yang dilakukan secara berjama'ah. Oran tersebeut bercerita pada zaman - zaman peperangan umat Islam dahulu ada seorang pencuci kuda. Orang ini sangat tulus mencuci kuda - kuda kesatria mujahid Islam yang berperang di jalan Allah. Hingga suatu ketika ia mengeluh, aku ini hanya seorang pencuci kuda, tidak pergi ke medan perang untuk berjihad, tugasku hanya di kandang ini mengurusi kuda - kuda ini bagaimana saya bisa mengabdi untuk agama ini, bagaimana saya bisa mendapatkan pahala orang - orang yang berjihad di jalan Allah dan mati dalam keadaan sahid.

Keluh kesah orang ini pun sirna ketika dia mendapat pencerahan, kuda ini kamu cuci, kamu raeat, kamu jaga dengan baik. Semua kebuuhan kuda ini kamu penuhi sehingga pada waktu perang kuda ini siap melangkah dengan kondisi primanya. Kuda - kuda ini dipakai pada mujahid dan mujahid itu terbantu karena kuda yang ditungganinya siap. Maka hal itu sama saja dengan engkau ikut berperang di jalan Allah. Setiap orang punya perannya masing - masing yang saling mendukung satu sama lainnya, seperti sebuah paku yang mendukung sebuah kayu untuk melekat membentuk sebuah rangka bangunan. Inilah yang disebut dengan amal jama'i amal yang dilakukan secara bejama'ah makanya pahalanya juga insya'llah akan sama sepanjang nitnya juga sama - sama baiknya ^_^

Jadi intinya, adil itu kita sendiri terkadang susah untuk menakarnya.
Keadilan itu berarti sesuai dengan takaran yang dibutuhkan, dan ini sangatlah sulit, karena kita tidak pernah tahu secara pasti takaran kebutuhan seseorang, karena setiap orang itu sepesial, masing - masing memiliki keanekaragamannya sendiri, karena itu hanya Allah yang paling adil yang mengadili setiap hamba-Nya tanpa mendzolimi sedikitpun hamba-Nya.

Semoga Bemanfaat
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
..... Qdy.....

Tidak ada komentar: